Selamat Datang di Blog avrieleeya

Selasa, 25 Desember 2012

Pantai Salju dan Kisah Boru Sipitu-pitu







Sebutan Pantai Salju terhadap bantaran sungai di Desa Mabar, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deliserdang tersebut, didapat dari pengunjung yang melihat betapa putih dan  beningnya riak air sungai, yang sepintas mirip salju. Namun ada juga yang berpendapat, nama itu diberikan karena pada saat pagi, lapisan kabut menyelimuti bagian pinggir sungai begitu tebal hingga hampir menyerupai hamparan salju. Seorang penjelajah Sumatera, William Marsden, pernah menduga bahwa kabut itulah yang menyebabkan orang-orang di Pegunungan Bukit Barisan mengidap penyakit gondok. Tetapi belakangan dugaan itu diketahui keliru.

Apapun alasan mereka, namun yang pasti, Pantai Salju yang bening dan berselimut kabut di pagi hari telah dianggap sebagai sebuah objek wisata alam di Kabupaten Deliserdang.  Bukan saja panorama dan tarian jeramnya yang akan dijual, namun nilai legenda yang terkandung di sungai ini juga merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Pantai Salju terletak di aliran Sungai Buaya yang hulunya berada di Gunung Meriah (Kabupaten Simalungun). Dibutuhkan waktu kurang lebih tiga jam untuk mencapai tempat ini dari Kota Medan. Pantai sungai berair jenih ini memiliki keistimewaan berupa lekuk-lekuk bebatuan di pinggiran maupun di tengahnya yang berbentuk ganjil. Kebanyakan seperti lubang-lubang untuk permainan congkak.

Arus yang mengalir di DAS-nya memiliki beberapa bagian yang tenang dan nyaman untuk berenang. Sementara beberapa bagian lainnya berjeram keras, namun tetap cukup aman untuk melakukan tubing (pengarungan sungai dengan ban). Air Sungai Buaya memiliki temperetur cukup dingin, sehingga membuat kita serasa berenang di pegunungan, padahal kawasan Kecamatan Bangun Purba terkenal cukup panas.

Pada hari-hari libur ataupun akhir minggu, pengunjung yang datang dan pergi ke lokasi ini bisa mencapai 500-an orang. Sedangkan pada hari biasa hanya berkisar 20 hingga 30 orang. Kebanyakan pengunjung berasal dari kampung-kampung sekitar. Namun ada juga yang didorong oleh penasaran, datang jauh-jauh dari Kota Medan

Meskipun terhitung minim, beberapa fasilitas telah tersedia di sini seperti penyewaan ban dengan harga sewa Rp 5.000, pondok-pondok tempat berteduh bagi tamu dengan harga Rp 15.000 (Sabtu dan Minggu Rp 20.000), tempat shalat, warung jajanan, toilet sederhana, serta pelataran parkir.

Pantai Salju resmi dikelola sejak tahun 2009 oleh pemilik tanah bernama Pak Sipayung. Sebelumnya kawasan ini lebih dikenal dengan sebutan Pantai Bela, karena pemilik tanah di sebelah kawasan Pantai Salju bernama Pak M. Bela Pane. Namun Pak Sipayung-lah yang pertama sekali melihat prospek untuk mengelola lokasi pemandian ini secara komersial.

Pemilihan nama Pantai Salju ternyata adalah pilihan yang tepat, karena semenjak tahun 2009, tingkat kunjungan ke pemandian sungai ini meningkat. Pengunjung datang dari kalangan yang berbeda-beda, mulai dari rombongan keluarga hingga rombongan pelajar SMA yang menghabiskan akhir minggunya dengan berendam di air sungai yang segar.


Legenda Boru Sipitu-Pitu

Menyangkut keunikan dan keanekaragaman bentuk bebatuan di bantaran Sungai Buaya ini, penduduk memiliki kisah tersendiri. Menurut Bapak M. Bela Pane, asal muasal bentuk bebatuan vulkanik yang menyerupai lubang untuk permainan congkak itu dilandasi oleh legenda tentang Boru Sipitu-Pitu (Tujuh Putri).

Alkisah, dahulu kala ada sebuah kerajaan di daerah itu yang dipimpin oleh raja bernama Purba Silangit. Sang raja memilik 7 putri berparas cantik menawan, sehingga membuat banyak pangeran tertarik ingin melamar ketujuh gadis itu.

Namun persyaratan yang diberikan para gadis sangatlah berat. Si pelamar harus mampu mengalahkan ketujuh putri melalui permainan congkak. Persyaratan ini dianggap nyaris tidak mungkin, mengingat ketujuh putri Raja Purba Silangit sangatlah mahir bermain congkak.

Pada suatu ketika, seorang pangeran sakti datang dan menyatakan niatnya ingin melamar ketujuh putri tersebut. Menyadari peluangnya kecil untuk mengalahkan mereka dalam permainan congkak, maka sang pangeran merubah wujudnya menjadi seorang pria buruk rupa yang seluruh tubuhnya dipenuhi kudis yang mengeluarkan bau busuk.

Karena jijik melihat kondisi si pelamar, ketujuh putri itu bermain congkak melawan sang pangeran sembari membuang muka. Akibatnya sang pangeran dengan mudah dapat mengalahkan ketujuh putri Raja Purba Silangit.

Menyadari kekalahannya, ketujuh putri bermaksud ingkar janji dan melarikan diri dengan meminta sang pangeran untuk menunggu mereka mandi ke sungai. Lama menunggu, pangeran akhirnya menyadari dirinya telah ditipu. Karena marah, ia berlari menyusul ketujuh putri ke sungai sambil membawa papan congkak.

Dengan kesaktiannya, ia melempar papan congkak dan mengutuk ketujuh putri yang bersembunyi di sungai itu. Ketujuh putri berikut papan congkak pun hilang dan menjelma menjadi batu.

Kalau Anda penasaran ingin membuktikan sendiri legenda itu, luangkan waktu Anda menghabiskan akhir pekan ke Pantai Salju. Mudah-mudahan keunikan bebatuan serta deburan buih putih bak salju pada jeram-jeram sungai akan menyuguhkan pesona yang memancarkan keindahan paras Boru Sipitu-pitu, yang tentunya tak mudah dilupakan.

sumber : http://www.insidesumatera.com/?open=view&newsid=1464&go=Pantai-Salju-dan-Kisah-Boru-Sipitu-pitu

3 komentar:

  1. Penasaran jd pengen kesana...klo boleh tau april anaknya pak zuberi sipayung ya...? Klo iya salam kenal y...ini dengan Grata dr PT. Topgrowth yang tempo hari tanggal 24 Okt 2013 jumpa sama Pak Zuberi Sipayung...boleh di invite PIN BB : 29DA1F2E

    BalasHapus