Sebutan Pantai Salju terhadap bantaran sungai di Desa Mabar, Kecamatan
Bangun Purba, Kabupaten Deliserdang tersebut, didapat dari pengunjung
yang melihat betapa putih dan beningnya riak air sungai, yang sepintas
mirip salju. Namun ada juga yang berpendapat, nama itu diberikan karena
pada saat pagi, lapisan kabut menyelimuti bagian pinggir sungai begitu
tebal hingga hampir menyerupai hamparan salju. Seorang penjelajah
Sumatera, William Marsden, pernah menduga bahwa kabut itulah yang
menyebabkan orang-orang di Pegunungan Bukit Barisan mengidap penyakit
gondok. Tetapi belakangan dugaan itu diketahui keliru.
Apapun alasan mereka, namun yang pasti, Pantai Salju yang bening dan
berselimut kabut di pagi hari telah dianggap sebagai sebuah objek wisata
alam di Kabupaten Deliserdang. Bukan saja panorama dan tarian jeramnya
yang akan dijual, namun nilai legenda yang terkandung di sungai ini
juga merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Pantai Salju terletak di aliran Sungai Buaya yang hulunya berada di
Gunung Meriah (Kabupaten Simalungun). Dibutuhkan waktu kurang lebih tiga
jam untuk mencapai tempat ini dari Kota Medan. Pantai sungai berair
jenih ini memiliki keistimewaan berupa lekuk-lekuk bebatuan di pinggiran
maupun di tengahnya yang berbentuk ganjil. Kebanyakan seperti
lubang-lubang untuk permainan congkak.
Arus yang mengalir di DAS-nya memiliki beberapa bagian yang tenang dan
nyaman untuk berenang. Sementara beberapa bagian lainnya berjeram keras,
namun tetap cukup aman untuk melakukan tubing (pengarungan sungai
dengan ban). Air Sungai Buaya memiliki temperetur cukup dingin, sehingga
membuat kita serasa berenang di pegunungan, padahal kawasan Kecamatan
Bangun Purba terkenal cukup panas.
Pada hari-hari libur ataupun akhir minggu, pengunjung yang datang dan
pergi ke lokasi ini bisa mencapai 500-an orang. Sedangkan pada hari
biasa hanya berkisar 20 hingga 30 orang. Kebanyakan pengunjung berasal
dari kampung-kampung sekitar. Namun ada juga yang didorong oleh
penasaran, datang jauh-jauh dari Kota Medan
Meskipun terhitung minim, beberapa fasilitas telah tersedia di sini
seperti penyewaan ban dengan harga sewa Rp 5.000, pondok-pondok tempat
berteduh bagi tamu dengan harga Rp 15.000 (Sabtu dan Minggu Rp 20.000),
tempat shalat, warung jajanan, toilet sederhana, serta pelataran parkir.
Pantai Salju resmi dikelola sejak tahun 2009 oleh pemilik tanah bernama
Pak Sipayung. Sebelumnya kawasan ini lebih dikenal dengan sebutan Pantai
Bela, karena pemilik tanah di sebelah kawasan Pantai Salju bernama Pak
M. Bela Pane. Namun Pak Sipayung-lah yang pertama sekali melihat prospek
untuk mengelola lokasi pemandian ini secara komersial.
Pemilihan nama Pantai Salju ternyata adalah pilihan yang tepat, karena
semenjak tahun 2009, tingkat kunjungan ke pemandian sungai ini
meningkat. Pengunjung datang dari kalangan yang berbeda-beda, mulai dari
rombongan keluarga hingga rombongan pelajar SMA yang menghabiskan akhir
minggunya dengan berendam di air sungai yang segar.
Legenda Boru Sipitu-Pitu
Menyangkut keunikan dan keanekaragaman bentuk bebatuan di bantaran
Sungai Buaya ini, penduduk memiliki kisah tersendiri. Menurut Bapak M.
Bela Pane, asal muasal bentuk bebatuan vulkanik yang menyerupai lubang
untuk permainan congkak itu dilandasi oleh legenda tentang Boru
Sipitu-Pitu (Tujuh Putri).
Alkisah, dahulu kala ada sebuah kerajaan di daerah itu yang dipimpin
oleh raja bernama Purba Silangit. Sang raja memilik 7 putri berparas
cantik menawan, sehingga membuat banyak pangeran tertarik ingin melamar
ketujuh gadis itu.
Namun persyaratan yang diberikan para gadis sangatlah berat. Si pelamar
harus mampu mengalahkan ketujuh putri melalui permainan congkak.
Persyaratan ini dianggap nyaris tidak mungkin, mengingat ketujuh putri
Raja Purba Silangit sangatlah mahir bermain congkak.
Pada suatu ketika, seorang pangeran sakti datang dan menyatakan niatnya
ingin melamar ketujuh putri tersebut. Menyadari peluangnya kecil untuk
mengalahkan mereka dalam permainan congkak, maka sang pangeran merubah
wujudnya menjadi seorang pria buruk rupa yang seluruh tubuhnya dipenuhi
kudis yang mengeluarkan bau busuk.
Karena jijik melihat kondisi si pelamar, ketujuh putri itu bermain
congkak melawan sang pangeran sembari membuang muka. Akibatnya sang
pangeran dengan mudah dapat mengalahkan ketujuh putri Raja Purba
Silangit.
Menyadari kekalahannya, ketujuh putri bermaksud ingkar janji dan
melarikan diri dengan meminta sang pangeran untuk menunggu mereka mandi
ke sungai. Lama menunggu, pangeran akhirnya menyadari dirinya telah
ditipu. Karena marah, ia berlari menyusul ketujuh putri ke sungai sambil
membawa papan congkak.
Dengan kesaktiannya, ia melempar papan congkak dan mengutuk ketujuh
putri yang bersembunyi di sungai itu. Ketujuh putri berikut papan
congkak pun hilang dan menjelma menjadi batu.
Kalau Anda penasaran ingin membuktikan sendiri legenda itu, luangkan
waktu Anda menghabiskan akhir pekan ke Pantai Salju. Mudah-mudahan
keunikan bebatuan serta deburan buih putih bak salju pada jeram-jeram
sungai akan menyuguhkan pesona yang memancarkan keindahan paras Boru
Sipitu-pitu, yang tentunya tak mudah dilupakan.
sumber : http://www.insidesumatera.com/?open=view&newsid=1464&go=Pantai-Salju-dan-Kisah-Boru-Sipitu-pitu
niceee......!!!!!
BalasHapusthanks ^_^
BalasHapus:-*
Penasaran jd pengen kesana...klo boleh tau april anaknya pak zuberi sipayung ya...? Klo iya salam kenal y...ini dengan Grata dr PT. Topgrowth yang tempo hari tanggal 24 Okt 2013 jumpa sama Pak Zuberi Sipayung...boleh di invite PIN BB : 29DA1F2E
BalasHapus