Masyarakat Sumatera Utara (Sumut) masih
banyak bahkan terlalu banyak yang belum mendengar apalagi melihat
langsung danau ini. Bila Danau Toba sudah begitu mendunia sebagai salah
satu keajaiban dunia yang menjadi daaerah tujuan wisata bagi wisatawan
mancanegara, tidak bagi Danau Linting.
Danau Linting masih
begitu asing. Maklum, obyek wisata ini hanya memiliki luas sekira 1
hektar terletak di 3 desa, yakni Sibunga-bunga, Durian IV Mbelang dan
Gunung Manumpak, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deliserdang. (Danau ini
memiliki kekhasan karena berada di perbatasan 3 desa di atas).
Selain itu, pengelolaannya belum maksimal karena belum memiliki tata
ruang pengembangan yang profesional dan masih jauh dari dukungan
penunjang lainnya seperti, infrastruktur jalan yang masih belum nyaman
untuk dilintasi, fasilitas peristirahatan termasuk wadah untuk bercanda
ria berkecipak di airnya yang mengandung belerang.
Bisa dibayangkan, perjalanan kami mulai titik Kota Lubukpakam sebagai
pusat kota Deliserdang sampai melewati Pagarmerbau, dan Galang terasa
santai. Namun begitu mulai masuk Simpang Tiga Juhar yang berada di
Kecamatan Bangunpurba, isi perut seperti mau keluar ditambah liku-liku
jalan dengan jurang menganga siap menampung jika pengendara tidak
hati-hati.
Jika dihitung secara cermat, tapi terasa muak untuk menghitung satu
demi satu lobang yang mengusik kenyamanan perjalanan. Terlebih bagi
pengendara mobil, sulit rasanya mendapatkan kesempataan untuk menekan
pedal gas melaju dengan kecepatan tinggi.
Jika bukan karena jalannya yang meliuk dengan barisan jurang di
tepiannya, laju kenderaan bakal terganggu dengan pajangan lobang di
badan jalan. Sekali lagi, isi perut serasa mau demo untuk muncrat
keluar.
Wajar pula obyek wisata Danau Linting belum menjadi pilihan banyak
orang sebagai daerah tujuan wisata (DTW) karena memang untuk sampai ke
sana harus mempertaruhkan rasa kenyamanan saat berlalulintas di atas
pacuan jalan yang masih banyak dalam keadaan rusak.
Keajaiban
Tidak ada yang unik dan istimewa ketika Penulis dan dua orang teman
sampai di depan jalan menanjak sepanjang sekira 200 meter yang
kondisinya, lagi-lagi rusak berat untuk sampai ke Danau Linting. Sepeda
motor pun harus pasang gigi satu supaya mampu melintasi jalan menanjak
yang rusak tersebut.
Satu-satunya keunikan saat hendak menanjak hanyalah saluran air yang
sedikit terasa hangat dengan balutan bau belerang. Saluran tersebut
sengaja dibuat untuk tempat pembuangan air bersumber dari Danau Linting
yang berada di atasnya yang airnya tak pernah surut.
Setelah melintas tanjakan dengan hamparan batu berserakan, Kami pun
tiba tepat di areal Danau Linting yang menawarkan kebiruan airnya.
Uniknya, beberapa orang yang ditanya tentang warna air danau tersebut,
ada yaang mengatakan biru dan ada pula yang mengatakan hijau.
Terserahlah. Mungkin ini salah satu keajaiban yang dimiliki Danau
Linting sehingga pengunjungnya pun berbeda menilai warna airnya. Sunyi
dan lengang saat kami sampai di danau tersebut. Maklum, kami berkunjung
tepat pada hari Sabtu di saat aktivitas masih berlangsung terutama
proses belajar dan mengajar.
Hanya beberapa pelajar dengan masih mengenakan seragam sekolah, dari
pakaiannya mereka pelajar STM, terlihat asyik mandi dan berenang di
tepian danau tersebut. Di sudut lainnya hanya terlihat sekira 4 orang
penduduk setempat sedang asyik menyulut rokok sembari menghembuskannya
sehingga membentuk gulungan asap di bawah rindang pepohonan raksasa yang
daunnya mencurut ke arah danau.
Penulis terperangah menyaksikan keindahannya. Mungkin karena baru
sekali melihat dan selama ini hanya melihat fotonya saja. Penulis
menyadari, warna airnya terkadang berubah warna. Saat menyaksikan dengan
posisi horizontal, airnya terlihat berwarna biru dan saat mengintipnya
dengan posisi vertikal ke bawah, warnanya seakan menghijau.
Salah satu keajaiban Danau Linting adalah kemisteriusannya yang
sampai saat ini belum terungkap. Belum ada satu orang maupun lembaga
termasuk pemerintah yang dapat memastikan kedalaman danau yang tepian
permukaannya diselimuti gumpalan belerang.
Awal Tarigan, salah
seorang warga yang Penulis hampiri mengatakan, pernah ada yang mencoba
menggunakan benang diikatkan dengan batu dan dimasukkan ke danau. Sampai
habis gulungan benang sampai sekitar 3 tungkul, ke dalamannya juga
belum sampai ke dasar danau. Dan belum ada yang berani menyelami
langsung kedalaman danau ini.
Sisi lain keajaiban Danau Linting, yakni airnya tak pernah kering.
Airnya terus bertambah dari mata air yang kata masyarakat setempat
terlihat hanya di waktu pagi. Karenanya, salah satu titik tepian danau
yang dikeliling batu cadas tersebut dijadikan tempat untuk mengalirkan
air keluar bersumber dari kawasan danau.
Bau belerang terasa lebih menyengat di sore hari. Airnya
disebut-sebut bisa mengobati berbagai penyakit kulit sehingga banyak
pula orang sengaja datang ke danau ini hanya untuk merendam diri dan
membawa airnya pulang ke rumah.
Terancam
Keindahan Danau Linting dengan keajaibannya merupakan kebanggaan
masyarakat Sumatera Utara khususnya Deliserdang. Aset potensial ini
harus dilestarikan agar tidak rusak dan hilang. Pasalnya, keberadaan
Danau Linting ini terancam mengecil bahkan bisa hilang ditelan bumi.
Konon menurut orang-orang tua sekitar, ungkap Awal Tarigan, luas
Danau Linting tidak seperti sekarang ini. Luasnya lebih dari yang
sekarang. Kata orang-orang tua dulu, pinggir danaunya bukan di dini.
Sampai ke pohon itu ujar Awal Tarigan sembari menunjuk sebuah pohon
besar yang bertengger gagah sekira 10 meter dari tepian danau tempat
kami bercengkrama.
Penjelasan ini agak logika. Pasalnya, Danau Linting ini dikelilingi
batu cadas yang hari ke hari turut membesar sehingga kemungkinan
menjorok ke dalam danau. Fakta ini turut didukung dengan informasi bahwa
bagian bawah danau tersebut membentuk lekukan.
Sehingga orang yang berdiri di tepian danau berjarak sekira 10 meter
dari bibir danau sebenarnya masih berdiri di atas air danau akibat
membesarnya batu cadas. Dan jika ini benar, maka puluhan atau ratusan
tahun ayang akan datang, Danau Linting bisa saja mengecil dan hilang
dari bumi Deliserdang
Benar atau tidaknya, pastinya perlu diteliti kembali oleh para
pakar-pakar dan tentunya perhatian pemerintah harus terusik dengan
adanya ancaman seperti ini. Jangan sampai keajaiban dan keindahan Danau
Linting ini rusak apalagi sirna dari bumi Deliserdang.
Sangatlah berdosa kita kepada anak cucu dimasa mendatang yang bakal
tidak bisa menyaksikan dan menikmati keindahan alam Danau Linting ini
jika salah satu keajaiban dunia ini rusak dan menghilang. •••
sumber :http://www.analisadaily.com/news/read/2011/08/14/8543/danau_linting_keajaiban_misterius_yang_terancam/#.UOyynMVq8Yk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar